Senin, 24 November 2014

Operasi Bypass Jantung : Sebuah Pengalaman Hidup (Bagian Dua)

"Maaf pak....saya sarankan bapak untuk di operasi bypass karena penyempitannya panjang dan lokasinya agak susah di ujung cabang pembuluh darah"...kalimat yang keluar dari dokter Adi Purnawarman Sp.JP, dokter spesialis jantung di RS Zainoel Abidin, Banda Aceh cukup membuat saya terdiam beberapa saat di meja operasi setelah selesai dilakukannya katerisasi. Kekhawatiran saya selama ini terjadi juga.....Operasi Bypass. Ya..operasi besar yang cukup membuat setiap orang yang divonis harus melakukannya akan berpikir seribu kali..cemas, takut...itu pasti. Istri saya menangis tapi tetap berusaha tegar..Alhamdulillah istri dan dokter Adi serta tim katerisasi RS Zainoel Abidin membesarkan hati dan menyemangati saya. Akhirnya saya dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita, karena selain lebih lengkap juga disebabkan Instalasi Jantung RS Zainoel Abidin yang akan menjadi salah satu rumah sakit jantung modern, saat itu masih belum selesai dibangun.

Penyempitan pembuluh darah yang saya alami terdeteksi setelah saya melakukan medical cek up rutin yang merupakan program dari kantor. Namun gejalanya sudah mulai saya rasakan sebelumnya..Jalur sepeda yang biasa saya lewati dan  bisa saya selesaikan dengan lancar tanpa ada rasa nyeri..tiba2 selama beberapa minggu sebelum cek up saya rasakan berat, nyeri di dada yang pernah saya rasakan waktu kena serangan tujuh tahun yang lalu, sekarang terasa lagi. Untungnya saya sudah pengalaman kena serangan jadi bisa merasakan ada yang gak beres dengan jantung saya (lagi..). Hasil medical cek up di Laboratorium Kesehatan Penerbangan dan Antariksa (Lakespra) Saryanto Jakarta menunjukkan memang ada gejala penyempitan. Test treadmill tidak bisa saya selesaikan karena dada serasa pecah sebelum batas waktu yang ditetapkan. Akhirnya saya disarankan untuk konsultasi dengan dokter jantung untuk dilakukan katerisasi.  Akhirnya katerisasi jantungpun dilakukan di RS Zainoel Abidin Aceh seperti yang saya ceritakan diatas. Setelah disarankan untuk operasi bypass atau istilah kerennya Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dan diberikan pengantar / rujukan ke RS Jantung Harapan Kita Jakarta, saya pun memproses pemeriksaan di RSJHK.

Akhirnya... RSJHK yang karena seringnya saya kunjungi untuk kontrol rutin tiap bulan sebelum saya pindah ke aceh disebut istri saya sebagai rumah kedua, kembali saya datangi namun kali ini untuk tindakan yang lebih berat yaitu operasi By Pass. Saya menemui dokter jantung yaitu dr.Isman Firdaus, SpJP dan diberikan pengantar ke dokter bedah yaitu dr. Amin Tjubandi, Sp.BTKV untuk pemeriksaan dan persiapan operasi antara lain harus melakukan pemeriksaan : 
1. Telinga Hidung Tenggorokan (THT),
2. Gigi yaitu tidak boleh bolong atau pakai gigi palsu (harus dilepas)
3. Darah lengkap dan test urine
4. Echocardiography atau USG Jantung
5. Rontgen.
6. Katerisasi. 
Hasil pemeriksaan tadi sudah harus dilengkapi dan diserahkan ke dokter bedah pada pertemuan terakhir sebelum pelaksanaan operasi. Dan satu hal lagi pasien harus menghentikan dulu obat pengencer darahnya yang sebelumnya rutin dikonsumsi. 

Penentuan jadwal operasi di RSJHK cukup lama karena banyaknya pasien yang harus ditangani. Saya sendiri harus menunggu 1 bulan baru dapat jadual. Selama menunggu jadual tersebut saya dan isteri masih berusaha mencari informasi alternatif operasi di luar negeri. Salah satu yang direkomendasi teman isteri adalah di Singapore karena katanya operasinya cepat, tidak sakit dan hanya dalam waktu 7 hari sudah bisa kembali ke rumah. Saya juga mencari informasi di internet bagaimana operasi by pass dilaksanakan...ngeri memang liat pembedahnnya...hehehe...Namun dari informasi yang saya peroleh, RSJHK justru merupakan Rumah sakit jantung yang menjadi tempat menimba ilmu dokter-dokter dari luar negeri dan juga sering menjadi tempat riset karena lengkapnya jenis penyakit jantung yang ditangani. Dokter-dokter yang adapun sering mengajar di luar negeri. Dan...untuk waktu operasi pun tidak kalah dengan luar negeri yaitu 7 hari sudah bisa pulang...kalo masalah pelayanan yang gak seperti luar negeri..ya wajarlah gak ada yang sempurna di dunia ini. Nah..apalagi yang meragukan saya untuk operasi di negeri sendiri?...nggak ada lagi.... dan bismillah sayapun makin mantap untuk operasi di RSJHK.  

Hari Minggu 2 Pebruari 2014, setelah menunggu dapat kamar selama 1 bulan, akhirnya saya masuk ke ruang persiapan operasi di RSJHK untuk dilakukan operasi by pass keesokan harinya tanggal 3 Pebruari 2014.  Hari minggu malam saya bersama 5 pasien lainnya melakukan kegiatan observasi dipandu oleh petugas RSJHK yaitu melihat-lihat ruang operasi. Juga diberikan penjelasan mengenai apa saja tindakan yang akan dilakukan oleh dokter di ruang operasi nantinya mulai proses pembiusan, pembedahan, pemasangan alat2 dan selang yang akan menempel di badan seperti alat bantu pernafasan yang dipasang dimulut ,  selang untuk menyedot darah sisa operasi maupun alat2 untuk memonitor tanda2 vital pasien seperti denyut jantung, tekanan darah dll. Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kelebihan dari RSJHK karena di rumah sakit lain tidak dilakukan dan sangat membantu  karena pasien maupun keluarganya menjadi tahu apa yang akan dihadapi pada saat operasi nanti maupun kondisi pasien pasca operasi. 

Setelah kegiatan observasi seharusnya pasien tinggal istirahat mempersiapkan diri untuk operasi besok paginya, namun ternyata saya menghadapi kesulitan karena persediaan darah di RSJHK habis....dan parahnya keluarga pasien harus mencari sendiri persediaan darah sebanyak 5 kantong. Maka malam itu ramailah satu ruangan pada menelepon sana sini mencari donor darah.... Hadeeeeh.......Setelah bersusah payah akhirnya ada pemberitahuan bahwa persediaan darah di PMI masih ada sehingga pencarian darah oleh keluarga pasien dihentikan...alhamduliilah malah itu lewat jam 12 malam masalah darah bisa teratasi. Namun usaha saya untuk istirahat tidak sepenuhnya berhasil karena malam itu isi perut saya harus dikeluarkan paksa oleh perawat karena selama operasi perut pasien harus sudah bersih dan kosong dari segala macam sisa makanan. Dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti jarum suntik namun ukurannya segede gajah..obat pencahar pun dimasukkan melalui belakang dan sepanjang malam itu walhasil saya harus bolak balik ke toilet...hehehe.

Hari Senin tanggal 3 Pebruari 2014 jam 08.00 pagi...saya masuk ke ruang operasi dan ditangani oleh Tim Dokter yang dipimpin oleh dr Amin Tjubandi, SpBTKV dengan 2 orang dokter asisten yaitu dr.David Hutagaol dan dr. Arol serta dokter anestesi Dr.dr Cindy E.Bloom dan tentu saja para crew dari bagian bedah. Operasi selesai pukul 16.00 WIB dan saya dipindah ke ruang ICCU. Operasi cukup lama memang karena dokter harus membuat jalan by pass di 3 tempat yang terjadi penyempitan. Tepat pukul 20.00 WIB saya baru sadar dari pengaruh obat bius dengan kondisi banyak selang dan kabel yang menempel di badan. Dari berbagai metode operasi by pass, otot pengganti untuk dipasang di pembuluh jantung saya diambil dari tangan kiri  dan otot kaki kanan kurang lebih sepanjang 20 cm karena ada juga pasien yang diambil dari tangan kanan kiri atau kaki kanan kiri. 

Satu hari di ruang ICCU selang untuk alat bantu perrnafasan yang masuk lewat mulut saya dilepas karena saya sudah mampu bernafas tanpa bantuan alat bantu pernafasan dan hari itu juga saya dipindah ke ruang Intermediate. Kalo di Ruang ICCU pasien sama sekali tidak boleh di tungguin maka di ruang Intermediate pasien sudah boleh ditengok keluarga walaupun masih harus ikut jam bezuk. Saat berada di ruang intermediatte ini, saya bertanya-tanya apakah operasinya berhasil?....Kalau berhasil kenapa nafas masih berat dan pendek-pendek serta sakit kalau buat menarik nafas panjang?.....

Ternyata apa yang saya rasakan merupakan hal yang normal karena selang yang terpasang di perut sebelah kiri  di sebelah bekas sayatan luka operasi, yang digunakan untuk menyedot darah sisa operasi, letaknya ada di tengah-tengah tulang dada sehingga selang akan terjepit saat menarik nafas panjang. Dan benar juga setelah selang dicabut karena pendarahan sudah jauh berkurang, nafas menjadi lebih enak dan saya dianjurkan untuk membiasakan bernafas panjang. Saya juga dilatih untuk batuk yang baik dan benar...hehehe..karena pengaruh obat bius biasanya pasien akan batuk dan susah untuk mengeluarkan dahak. Selain takut bekas operasinya terbuka juga rasa sakit saat batuklah yang membuat batuk merupakan salah satu hal yang menakutkan. Pasien dilatih untuk menarik nafas panjang 2 kali dan di tarikan ke 3 batuk dikeraskan sehingga dahak bisa keluar. Cara itu lebih baik daripada batuk sekali-sekali karena sakitnya sama tapi dahak malah tidak keluar. 

Waktu melihat luka bekas operasi di tangan kiri saya sempat kaget juga karena di sekitar luka sayatan warna kulit berubah kebiru-biruan seperti luka memar namun warnanya lebih gelap. Hal tersebut menurut istilah kedokteran disebabkan otot mengalami stress dan akan hilang dengan sendirinya...jadi hal tersebut juga merupakan hal yang wajar pasca operasi. 

Proses perawatan di ruang intermediate jika proses penyembuhan berjalan normal biasanya sekitar 2-3 hari dan pasien bisa di pindah ke ruang perawatan biasa. Namun untuk saya, karena mengalami demam pasca operasi maka terpaksa lebih lama di ruang intermediate untuk mencari penyebab demamnya. Dan setelah 4  hari dan demam sudah turun saya baru dipindah ke ruang perawatan biasa. Alhamdulilah di sini keluarga sudah bisa ikut menunggu pasien di ruangan perawatan dan 3 hari kemudian saya diperbolehkan pulang atau total saya di rumah sakit selama 10 hari. Dan alhamdulilah sama seperti saat pasang stent dulu, saya tidak membayar biaya operasi karena sudah ditanggung oleh BPJS dan hanya membayar biaya visit dokter paru karena saya terserang demam. 

Proses selanjutnya yang saya lakukan adalah mengikuti program rehab medik yang akan saya ceritakan pada tulisan berikutnya. Kunci keberhasilan menjalani operasi by pass adalah :
1. Persiapkan mental 

Siapkan mental dengan cara mengetahui apa yang akan dilakukan dokter dan yang akan terjadi pada saat pelaksanaan operasi dan pasca operasi. RSJHK sudah melakukan melalui program observasi namun mencari informasi lain tentang serba serbi operasi by pass dan dukungan keluarga tetap diperlukan dan tentu saja berdoa dan menyerahkan diri kepada Allah SWT

2.  Siapkan anggaran untuk biaya operasi
Jika anda belum terdaftar di asuransi kesehatan (BPJS maupun asuransi kesehatan lainnya) segeralah mendaftar karena akan sangat membantu meringankan beban anda.

3. Ikutilah program yang telah ditetapkan oleh rumah sakit 

Salah satu kelebihan RSJHK dalam penanganan pasien jantung adalah program yang terintegrasi mulai dari program observasi atau persiapan sampai dengan program rehab medik. Program-program tersebut telah didesign berdasarkan pengalaman dalam menangani pasien jantung. Ikutilah program tersebut karena hasilnya akan sangat membantu anda mempercepat kesembuhan.

Demikian sedikit sharing pengalaman saya waktu menjalani operasi by pass, semoga bermanfaat. 

Wassalam


Sabtu, 22 Februari 2014

Serangan Jantung, Pasang Stent dan Operasi Bypass Jantung : Sebuah Pengalaman Hidup (Bagian Satu)

Penyakit jantung adalah suatu momok bagi siapapun yang mendengarnya, apalagi sampai mengalami yang namanya serangan jantung.. dunia serasa berhenti begitu kita divonis menderita penyakit jantung. Dan ternyata saya sendiri telah mengalaminya..lewat beberapa seri tulisan di blog ini, saya mencoba untuk sharing pengalaman karena 8proses mulai serangan jantung yang tanda-tandanya ternyata berbeda-beda, dipasang stent atau ring dan terakhir di by pass atau dibedah dadanya diganti pembuluh darah yang tersumbat di jantung dengan pembuluh darah baru yang diambil dari kaki dan tangan.....jadi cukup banyak pengalamanlah saya..hehehe....

Serangan jantung pertama saya alami pada bulan Januari 2007. Waktu itu sehabis naik bis jemputan kantor, begitu sampai di kantor dan berjalan ke ruangan saya yang hanya berjarak 50 meter, tiba-tiba saya gak bisa jalan, berjalan serasa orang habis berlari puluhan kilometer...saya cuma berpikir kenapa ini?..dengan bersusah payah setelah beberapa kali berhenti, akhirnya saya sampai juga ke ruangan. Pada serangan pertama ini tidak ada rasa pusing, mual atau sesak nafas..semuanya normal kecuali capek yang luar biasa tidak bisa berjalan. Akhirnya pagi itu juga saya dibawa ke rumah sakit Siloam Gleneagles Karawaci Tangerang dan untuk pertama kalinya saya mendengar vonis terkena serangan jantung. Reaksi saya  kaget gak percaya, takut, ngeri rasanya campur aduk begitu divonis kena serangan jantung karena waktu itu saya masih berusia 38 tahun...usia yang masih sangat muda jika dibandingkan ayah saya yang terkena serangan jantung di usia 52 tahun dan tidak tertolong....dan waktu perawatan di rumah sakitpun saya ternyata pasien yang paling ganteng karena paling muda...,hehehe...yang lain rata-rata udah pada pensiun dari pekerjaannya.

Setelah melewati serangkaian pemeriksaan maka diputuskan umtuk dilakukan Katerisasi untuk melihat tingkat penyumbatannya. Namun sebelum tindakan dilakukan dengan pertimbangan RS Siloam Glen Eagles Karawaci Tangerang belum menerima jaminan Askes maka atas keputusan istri, saya dipindah ke RS Jantung Harapan Kita (RSJHK) Jakarta.

Di RSJHK inilah saya ditangani oleh dr. Iwan Dakota, SpJP (K) yang saat ini menjabat sebagai Direktur Umum dan SDM RSJHK dan dilakukan Katerisasi yaitu tindakan pembedahan minor untuk melihat prosentase  penyempitan dan lokasi nya serta dapat juga langsung dipasang ring /stent. Disebut pembedahan minor karena memang pasien dalam kondisi sadar pada saat di operasi dan bisa melihat ke monitor yang memperlihatkan gambar proses pemasangan stent di pembuluh darah jantung kita. Kita juga bisa diajak komunikasi oleh dokter bedah dan malahan disuruh bilang apapun yang kita rasakan pada saat itu, baik rasa sesak, mual pusing atau apapun yang agak aneh kita rasakan karena akan membantu dokter. Jadi...anda tidak usah merasa takut jika dokter melakukan tindakan katerisasi karena kita tidak dibius total dan proses katerisasi inipun juga tidak terlalu lama, tidak lebih dari setengah jam...cepat sekali bukan?

Katerisaai dapat dilakukan melalui pembuluh darah di tangan (sama seperti tempat memasukkan jarum infus) dan satu lagi melalui pembuluh vena dipaha. Untuk kasus saya, katerisasi dilakukan dua kali, yang pertama melalui tangan untuk melihat tingkat penyumbatannya dan beberapa hari kemudian melalui paha untuk pemasangan stent. Pada kateriaasi pertama, ketahuan saya ada 3 penyumbatan, dan ada satu  yang udah lebih dari 80%, sedangkan 2 yang lain masih bisa diatasi dengan obat-obatan. Beberapa hari kemudian dilakukan katerisasi kedua untuk pemasangan satu stent. 

Yang tidak nyaman dari proses katerisasi justru setelah operasi selesai karena kita tidak boleh menggerakkan atau melipat kaki lebih kurang 8 jam dan jarum tempat katerisasi masih belum dicabut. Baru setelah itu jarum dilepas dan bekasnya dibebat dengan alat berbentuk kotak kecil untuk menutup bekas lubang jarum dan di plester. Kalau sekarang udah pakai alat khusus untuk menutup bekas kateter yang bisa disetel tingkat kekencangannya.

Dua hari berikutnya saya sudah diijinkan pulang dengan pesanan dari dokter  harus mengurangi makanan yang biasanya adalah favorit saya seperti gorengan, makanan bersantan dan berlemak...hehe..setelah operasi saya harus banyak makan sayuran dan berserat, harus mengurangi kelebihan berat badan sehingga nasi juga ditakar satu mangkuk kecil...oh iya kondisi saya waktu terkena serangan ini memang sangat "ideal" dengan kombinasi yang "mematikan" untuk terjadinya serangan jantung. Berat badan saya waktu itu mencapai rekor terberat yang pernah saya alami yaitu 105 kg , dengan tinggi 178 cm harusnya bobot ideal adalah 75 kg...jadi bisa anda bayangkan betapa gendutnya saya..hehe...cholesterol total 315 dari yang seharusnya cuma 200, tekanan darah 160/100.Jika anda saat ini mempunyai tanda-tanda vital yang udah menunjukkan alarm bahayaseperti overweight, tensi tinggi, kolesterol dll..maka sebaiknya lakukan medical cek up lengkap. Banyak orang yang enggan melakukan medical cek up karena khawatir kalau ternyata banyak penyakitnya...tapi justru dengan mengetahui lebih dini kondist6i badan kita maka kita bisa mengatasi lebih awal gejala penyakit kita.

Setelah pemasangan stent, saya masih belum merasakan nafas yang plong...atau lega dan saya merasa masih ada yang belum beres dengan jantung saya. Dan benar juga...6 bulan kemudian pada bulan Juni 2007, saya terkena serangan jantung lagi..dan serangan kedua ini lebih menyakitkan dan hampir merenggut nyawa saya. Sakit yang saya rasakan lebih hebat dari yang pertama yaitu rasa keram didada kiri yang menjalar, sampai ke punggung belakang seperti ditusuk, keringat dingin keluar karena menahan sakit yang luar biasa dan hampir membuat saya tidak sadarkan diri...Namun alhamdulillah, rasa sakit itu mereda dengan sendirinya dan malam itu juga sekitar jam setengah 12 malam, saya dibawa istri saya naik mobil dibawa ke RSJHK. Istri saya yang tidak terbiasa bawa mobil apalagi nyetir malam hari, malam itu memberanikan diri menyetir demi nyawa saya..dan alhamdulillah selamat sampai di UGD RSJHK. Kembali dr.Iwan Dakota SpJP (K) melakukan pemasangan stent di dua lokasi yang sebelumnya sudah terdeteksi pada kateterisasi awal...maka total 3 stent terpasang di pembuluh darah jantung saya.

Baru setelah semua pembuluh darah yang tersumbat dipasang stent, makka saya bisa beraktifitas normal kembali dalam periode 7 tahun sebelum akhirnya saya terdeteksi mengalami penyumbatan setelah mengikuti program Medical Check Up rutin yang dilakukan oleh kantor saya dan harus di by pass. Proses by pass akan saya ceritakan di bagian kedua tulisan saya.

Dari pengalaman saya di atas ada beberapa hal yang patut anda perhatikan antara lain :

  1. Penyakit jantung koroner tidak memandang usia dan bukan monopoli orang yang lanjut usia saja, saat ini banyak yang masih muda dibawah 40 tahun sudah terkena serangan jantung. Bahkan orang yang biasa berolahraga dengan sangat teratur, bisa juga terkena. 
  2. Faktor pola hidup yang tidak sehat seperti makan makanan berlemak, bersantan, gorengan, makanan cepat saji merupakan faktor utama atau pencetus penyakit jantung koroner. Jadi kuncinya adalah pada apa yang anda makan.
  3. Jika anda mempunyai riwayat keluarga seperti ayah atau ibu   yang pernah mengalami serangan jantung, dan kondisi fisik yang tidak mendukung seperti overweight, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi..maka anda termasuk berisiko tinggi untuk terkena penyakit jantung.
  4. Tanda-tanda serangan jantung tiap orang berbeda. Jangan pernah meremehkan sakit atau nyeri di dada, perasaan seperti tertusuk sampai tembus ke punggung, atau gejala yang ringan sekalipun seperti masuk angin, keringat dingin, anda tetap harus waspada.
  5. Katerisasi bukanlah operasi yang menakutkan karena anda dalam keadaan sadar 100% dan prosesnya tidak lebih 30 menit.
  6. Lakukan Medical Check Up secara rutin untuk mengetahui gejala lebih awal penyakit anda. 
  7. Jika anda belum masuk asuransi kesehatan seperti Jaminan Kesehatan Nasional yang saat ini dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS/dahulu Askes) segeralah mendaftar karena akan sangat meringankan biaya operasi yang mencapai puluhan juta rupiah karena sebagian besar akan ditanggung oleh BPJS.
Demikian sedikit pengalaman saya yang semoga bisa membantu anda para pembaca. Salam