Minggu, 31 Juli 2011

Keteladanan seorang lelaki rembulan

Pak Ida namanya, seperti nama seorang perempuan memang, tapi Pak Ida adalah laki-laki renta yang telah mengarungi pahit getirnya kehidupan di dunia ini selama lebih dari 75 tahun. Dia menjalani kehidupan yang keras ini dalam kesendirian karena dia hidup tanpa isteri maupun sanak saudara yang seharusnya mengelilingi dan menemaninya di usianya yang telah senja. Pak Ida memang tidak pernah menikah sampai umur merambati tubuhnya yang kian renta dimakan waktu. Orangnya kecil dengan guratan garis wajah yang menunjukkan lamanya waktu yang telah menemaninya. Sabar, ramah dan senang cerita terutama kepada anak-anak maupun orang yang ditemuinya. Pak Ida tinggal sebatang kara di rumah sederhana di kampung yang bersebelahan dengan komplek perumahan saya. Meminjam itilah dalam lyrik lagu Franky Sahilatua, lelaki dan rembulan, Pak Ida adalah seorang lelaki rembulan yang hanya diam seribu bahasa dalam memandang kesendiriannya. Dia tetap tegar menjalani hidup dengan kesederhanaannya, dia jalani kehidupannya dengan ikhlas.
Setiap pagi, dengan langkah perlahan karena kaki-kakinya sudah tidak sekuat dan seperkasa saat masih muda dulu, Pak Ida selalu melewati depan rumah sambil membawa alat musik gesek tradisional dan memainkan lagu-lagu sunda atau lagu daerah lainnya menuju ke “tempat kerjanya” di pasar dekat rumah. Dia memang tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk  sekedar membeli makanan untuk mengganjal perut setiap hari, oleh karena itu dia “mengamen” atau lebih tepatnya melakukan “road show” dengan alat musiknya.  Pak Ida tidak pernah berhenti di depan rumah orang untuk mengharapkan si empunya rumah memberikan uang receh seperti pengamen “tradisional” pada umumnya.  Pak Ida justru melakukan “road show” kepiawaiannya memainkan alat gesek dengan berjalan di gang-gang perumahan tidak peduli apakah orang akan memberi uang atau tidak......Dia berjalan dan terus berjalan menuju ke “kantornya” sambil menikmati alunan musik yang dia mainkan sendiri dan hanya berhenti jika ada yang memanggilnya untuk diberi sekedar uang receh sebagai pengganti suara merdu alat musiknya yang telah dimainkannya atau berhenti di pos kamling untuk menghilangkan rasa capek. Dan begitu uang pengganti telah diterimanya, maka doa keselamatan, kesejahteraan dan kemudahan rizqi akan keluar dari mulutnya dipersembahkan kepada orang yang telah memberikan dia uang sekedarnya tadi.
Satu hal lagi yang membuat Pak Ida menjadi manusia yang “berbeda” dari orang lain adalah sikapnya yang masih mau memberikan uang hasil jerih payahnya kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Saya yakin tidak banyak orang yang sanggup untuk berbuat seperti yang Pak Ida lakukan....jangankan dalam kondisi tidak punya dan serba kekurangan, dengan kondisi yang bergelimpangan harta kekayaan dan serba berkecukupan-pun masih ada orang yang tidak rela untuk berbagi.
Tiga hari yang lalu saya mempunyai keinginan untuk berbincang-bincang dengan Pak Ida. Saya merencanakan akan mencegat Pak ida di hari Sabtu di depan rumah karena  saya ingin mengetahui lebih dalam mengenai sosok bapak tua satu ini. Namun rencana tinggallah rencana, sabtu pagi tadi bibi pembantu saya yang kebetulan tetangga Pak Ida menyampaikan berita kalau Pak Ida sudah pergi menghadap kepada Sang Khalik pada hari Jum’at kemarin......... Innalillahi Wainailaihi Rojiun.
Selamat jalan Pak Ida .................

Sabtu, 30 Juli 2011

Ooo..begitu 'caranya'...

Suatu hari, saya berkesempatan 'pulang bareng' dengan atasan saya dan teman saya. Tentu saja dengan pak sopir, secara tidak ada satupun dari kami yang bisa 'bawa' mobil.
Setelah mobil datang di hadapan, tibalah saat untuk mengatur posisi duduk. Saat itu, atasan dan teman saya sibuk memasukkan barang ke bagasi dan saya dengan cueknya masuk ke dalam mobil terlebih dulu dan duduk dibelakang sopir. Dalam pikiran saya, atasan saya akan duduk di samping sopir, dan teman saya duduk disamping saya. Bagi saya, yang biasa duduk di samping sopir adalah orang yang 'di-tua-kan' karena tempat duduknya lebih nyaman.. Tapi ternyata, setelah selesai membereskan barang2 di bagasi, atasan saya menuju pintu tempat duduk di samping saya. Setelah membuka pintu, dan melihat saya sudah duduk 'dengan manis' di belakang sopir, atasan saya berkata 'oh..saya di depan ya?'. Dan saya menjawab 'iya dong,pak, masa di belakang..'

Setibanya di Jakarta, saya bertemu teman karib dan bercerita banyak, termasuk perjalanan menuju Jakarta. Saat saya cerita tentang 'posisi duduk' di dalam mobil itu, dia berkomentar 'Btw,pernah ngamati tidak saat panglima polisi dan ajudannya masuk mobil, posisi duduk mereka seperti apa?'
Saya menjawab 'eh..ngga tuh.. Memang kenapa?'
Dia jawab 'Biasanya, ajudan akan mempersilakan panglima masuk ke dalam mobil duluan, baru dia masuk. Si ajudan duduk di samping sopir, orang yg paling dihormati duduk di belakangnya, bukan di belakang sopir. Jika ada orang lain lagi, dia akan duduk di belakang sopir..'
Dan ini dianggap hal yang berlaku umum.
Lalu saya bertanya 'kenapa begitu?'
Teman saya menjelaskan 'mungkin karena tempat duduk itu dianggap paling aman.. Kalo terjadi kecelakaan, yang paling terancam kan yang duduk di depan dan di belakang sopir.. Begitu..'
Lalu saya berkomentar 'O..saya kira biar gampang klo mau turun duluan di pinggir jalan..' Hahaha..
Maklum..secara saya suka nebeng mobil orang, pengaturan posisi duduk biasanya berdasarkan 'siapa yang akan turun duluan'. Belum lagi tingkah 'pecicilan' saat naek motor,dan berpapasan dengan mobil bagus, biasanya momen ini dijadikan sarana 'tebak2an menjaga jiwa muda dan ajang cuci mata' bagi saya dan teman saya. Biasanya kami tebak2an, apakah 'pembawa mobil', itu sopir atau pemilik mobil (daripada stres berpanas2an di jalan raya, kayaknya ini bisa membuat kami menikmati momen yang ada hehehe). Dan kunci jawabannya selalu 'kalo ganteng dan keren, berarti dia pemilik mobil, kalo ga ganteng or keren ya sopirnya'.. Saya menganggap, dari kami bertiga saat pulang kemarin, yang paling pantas jadi pemilik mobil ya atasan saya itu hahaha..

Perbincangan kami tentang 'etiket' terus berlanjut. Saya baru mengetahui bahwa etiket naik atau turun tangga adalah pria di depan dan wanita di belakang. Alasannya, saat naik tangga mata pria akan lebih terjaga jika wanita ada di belakang, dan wanita akan lebih aman saat turun tangga jika pria ada di depan (jika wanita itu terjatuh, ada yang jadi 'bantal' hihihi..)
Kebetulan teman saya itu cukup sering ke luar negeri. Dia bercerita bahwa budaya tiap daerah berbeda, dan kita perlu tau 'Do-es and Don't-s' suatu daerah sebelum kita datang ke tempat tersebut (selain tempat apa yang wajib kunjung dan makanan yang layak dicoba pastinya hehehe..). Hal ini perlu diketahui supaya kita tidak salah bersikap, dan sesuai dengan 'cara' mereka. Jadi, saat kita mutasi ke daerah lain atau ke luar negeri, perlu dicari tau dulu info apa yg 'boleh dan tidak boleh dilakukan' di tempat tersebut.

Hari ini saya bahagia..salah satunya karena 'belajar' hal baru. Saya jadi teringat kisah yang pernah saya baca tentang manusia yang berteman dengan beruang. Dalam cerita tersebut dikisahkan seorang manusia yang 'mau' berteman dengan beruang karena dia memiliki 'kasih sayang' yang luar biasa besar. Dan beruang pun sayang dengan teman barunya itu karena dia merasa sangat beruntung memiliki teman seorang manusia, makhluk yang dianggap lebih baik darinya. Suatu hari, si manusia itu tidur siang, dan beruang menjaganya dengan sangat sigap dan perhatian. Sialnya, ada lalat yang terbang dan hinggap di wajah manusia itu. Si beruang berupaya mengusir lalat itu, namun si lalat sepertinya 'ingin bermain' dengan beruang. Akhirnya si beruang berpikir 'dia harus kubunuh karena sudah keterlaluan mengganggu temanku yg sedang tidur'. Dan beruang pun 'menggaplak' dengan keras lalat yang menempel di wajah sahabatnya. Akhirnya, lalat pun tewas, begitu pula sahabatnya..

Dulu, saya mengartikan cerita itu bahwa saya perlu berhati2 memilih teman (secara tidak langsung hal ini berarti saya memposisikan diri saya sebagai 'manusia' dalam cerita itu, 'makhluk yang dianggap lebih baik' hahaha..sombongnya saya!).
Sekarang, saya mengartikan cerita tersebut bahwa 'cara' untuk menunjukan 'rasa' sangat penting. Rasa hormat kita, perlu diungkapkan dengan 'cara' yang tepat.

Bersama cerita panjang kali ini, saya ingin menyampaikan permohonan maaf kepada atasan saya atas cara saya menghormati beliau yang mungkin kurang lazim. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mempersilakan beliau untuk duduk di depan karena saya 'menuakan' beliau..
Selain itu saya ingin berterima kasih pada teman saya yang telah mengingatkan saya dan membantu saya mempelajari hal ini..

Dan pastinya, untukmu Tuhan, saya bersyukur telah diberi masa lalu yang berharga, sahabat2 yang menemani dan membantu saya 'belajar' dan hati serta jiwa yang selalu (berusaha) semangat. Semoga Tuhan mendekatkan hati-hati kita, membuat kita mengerti 'makna' di balik 'cara' dari sebuah peristiwa.
Happy Ramadhan, mohon maaf lahir batin, semoga pembelajaran di bulan suci membuat kita semakin ber-'arti'. Amiinn.

Kamis, 28 Juli 2011

Langkah awal yang menentukan

Ibarat seorang prajurit  yang akan melangkahkan kaki pertama kali di medan pertempuran, seorang calon investor/trader harus mempersiapkan peralatan perangnya sebelum terjun ke pertempuran. Apa yang harus dipersiapkan?...yang utama adalah skill atau pengetahuannya.  Banyak para investor yang langsung masuk ke bursa tanpa modal pengetahuan sama sekali, mereka hanya mengikuti orang lain atau bahkan modal nekad membeli saham yang ternyata harganya sudah terlalu tinggi. Maka golongan investor yang seperti inilah yang tidak bisa bertahan lama di bursa karena modalnya habis di gulung ganasnya pertempuran.
Langkah yang sebaiknya dilakukan seorang calon investor adalah :
1.       Mempelajari dasar-dasar atau seluk beluk tentang saham.
Kan nggak lucu kalau kita bisnis tapi nggak ngerti apa yang kita jual/beli, bagaimana cara jualnya atau belinya, bagaimana cara bayarnya dan sebagainya...hehehe. intinya kita ngerti teorinya dulu, baru praktek. Banyak buku2 yang bisa kita jadikan referensi.
2.       Memilih broker atau sekuritas.
Pilih sekuritas yang memiliki fee jual/beli yang murah karena masing-masing sekuritas menawarkan fee yang berbeda-beda, perhatikan apakah terdapat minimum fee atau tidak. Kelengkapan fasilitas yang disediakan seperti adanya fasilitas On Line Trading (OLT) yang memungkinkan transaksi dilakukan langsung via internet tanpa harus repot-repot telpon brokernya. Dari sisi waktu akan lebih efisien pakai OLT, coba aja bayangkan kita pingin order beli ternyata brokernya sedang telpon atau sedang ke kamar mandi.....wah harga udah terlanjut naik hilang sudah kesempatan dapat harga yang bagus. Perhatikan juga minimal deposit yang harus disediakan tentunya disesuaikan dengan isi kantong kita.
3.       Tetapkan posisi sebagai investor atau trader.
Hal ini penting karena mempunyai perbedaan yang sangat mendasar dan mempengaruhi style dalam bertransaksi. Perbedaannya antara lain dari sisi time frame/jangka waktu. Investor lebih lama dalam menyimpan sahamnya bisa tahunan dengan orientasi pada perolehan dividen selain gain. Sedangkan trader bisa dalam hitungan jam,harian atau  mingguan udah langsung melepas sahamnya begitu memperoleh gain. Investor lebih menilai sisi fundamental perusahaan , trader lebih ke analisa teknikal memanfaatkan pergerakan harga.
4.       Memilih saham yang akan kita investasikan.
Langkah ini adalah inti dari bisnis saham karena akan menentukan profit/loss yang akan kita peroleh. Kalo salah pilih saham bukannya gain yang kita peroleh tapi justru loss yang dapet. Dari ratusan saham yang listing di BEJ, tidak semua layak dikoleksi untuk mengisi keranjang investasi kita. Pilih saham perusahaan yang mempunyai pertumbuhan kinerja yang bagus yg ditunjukkan oleh peningkatan Asset, Pendapatan, Laba Usaha maupun Laba Bersihnya. Lihat juga perkembangan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Operating Margin (OM) maupun Net Profit Margin (NPM).  Usahakan mencari perusahaan dengan ROE, OM dan NPM lebih dari 20%, sedangkan ROA lebih dari  15%.
5.       Memilih timing yang tepat untuk masuk/keluar pasar.
Timing beli dilakukan jika market dalam kondisi jenuh jual yaitu orang sudah terlalu banyak yang menjual sahamnya sehingga harganya sudah berada di harga terendah. Timing jual dilakukan dalam kondisi jenuh beli. Penentuan timing tersebut dilakukan menggunakan analisa teknikal yang mengkombinasikan beberapa alat analisa.
Selamat melangkah ke dunia investasi......

Rabu, 27 Juli 2011

Pak Sastro ternyata juga investor saham

Awal Juli kemarin saya mengambil cuti dan sempat mengantar isteri berbelanja di pasar kecil dekat rumah. Sambil menunggu isteri berbelanja, saya jalan-jalan melihat barang-barang kelontong yang ada didekat tempat parkir. Pandangan saya tertuju kepada seorang bapak tua penjaga kios kelontong yang sedang serius melihat sebuah laptop butut.  Bapak itu tidak sadar kalo saya ada di samping dia, dan saya terkejut karena dia sedang mengamati Running Trade di layar monitor. Running trade adalah pergerakan jual/beli saham dari bursa saham yang ditampilkan secara live. Setelah ngobrol saya baru tahu kalau dia ternyata pemilik toko kelontong kecil tadi dan namanya Pak Sastro. Jika melihat penampilannya yang sangat sederhana, orang tidak akan menyangka kalau Pak Sastro juga seorang investor dan juga trader yang terjun di bursa saham Indonesia. Dia sudah investasi saham kurang lebih hampir empat tahun yang dilakukannya sambil menjaga toko kelontongnya, dan dari hasil sahamnya dia sudah mempunyai tiga buah toko lainnya di daerah pasar Senen.
Saat ini salah satu investasi yang cukup menjanjikan profit yang tinggi adalah investasi di bursa saham. Keuntungan dari saham bisa mencapai puluhan persen sangat jauh  dari hasil yang diperoleh dari instrumen investasi seperti deposito, reksadana atau yang lainnya. Dengan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia yang saat ini mencapai 6% dan didukung oleh iklim investasi yang kondusif semakin mendorong IHSG terus mencatatkan  rekor tertingginya.  Hal tersebut tentunya berdampak pada imbal hasil bagi investor karena harga sahamnya yang terus naik. Namun ternyata banyak juga masyarakat Indonesia yang belum memanfaatkan peluang investasi saham ini dengan berbagai alasan. Pak Sastro hanyalah bagian kecil dari masyarakat Indonesia yang sudah sadar dan mengerti peluang yang bisa diraup dari bursa saham. Bursa saham bagi sebagian besar orang mungkin dianggap sebagai tempat perjudian karena memperdagangkan sesuatu yang tidak jelas barangnya dan sangat spekulatif dengan risiko yang lebih besar daripada keuntungannya. Sudah berapa banyak orang yang jatuh bangkrut bahkan bunuh diri gara-gara rugi karena saham.
Semua bisnis pasti mengandung risiko, tidak ada bisnis yang tanpa risiko. Semakin tinggi risiko maka semakin besar potensi keuntungan yang bisa diperoleh, demikian juga dengan bisnis saham. Persoalannya adalah bagaimana kita dapat mengurangi risiko dan memaksimalkan keuntungan dari bisnis ini. Ibarat orang berperang kita harus tahu medannya sebelum bertempur sehingga tahu yang harus dilakukan begitu musuh datang
Melalui serial tulisan sederhana mengenai saham ini, saya akan mencoba mengurai berbagai hal yang berkaitan dengan investasi saham, bagaimana cara memulai bisnis saham, bagaimana cara memilih saham yang aman untuk dikoleksi, bagaimana  cara masuk dan keluar market dan hal-hal lain yang berkaitan dengan saham.
Berinvestasilah dari leher ke atas sebelum terjun ke bisnis saham

Selasa, 26 Juli 2011

CUTI

Pagi tadi sesampai di kantor saya membuka komputer untuk memeriksa email yang belum sempat di baca. Sambil minum secangkir kopi instan saya baca satu persatu email yang masuk. Ada satu yang cukup menarik yaitu pemberitahuan dari boss bahwa pegawai dilarang untuk cuti sebelum dan sesudah pelaksanaan cuti bersama lebaran. Cuti bersama lebaran yang dilaksanakan pada hari Senin, Kamis dan Jum’at tanggal 29 Agustus, 1 dan 2 September 2011 dianggap telah cukup untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Email tadi saya print dan saya tempelkan di papan pengumuman ruang kerja biar teman-teman kantor tahu masalah tadi. Maksudnya sih... biar para pegawai menyesuaikan dan bersiap-siap menyambut datangnya cuti bersama yang ditunggu-tunggu tadi...dan menyambut hari lebaran tentunya..........
Beberapa jam setelah ditempelkan, pengumuman tadi sudah memancing reaksi beragam dari teman-teman kantor baik lewat facebook, twitter, obrolan dsb. Ada yang memprotes, menanyakan dasarnya apa atau malah bingung karena gak sesuai planning.  Tapi yang protes untungnya bukan kepada saya yang menempelkan pengumuman tapi kepada yang bikin aturan....hehehhe... Ada rekan kerja yang bingung karena udah pesen tiket pesawat untuk mudik jauh-jauh hari takut gak kebagian dan kebetulan dapet tiketnya untuk keberangkatan sebelum cuti bersama. Ada juga yang bilang gak sesuai dengan HAP (Hak Azazi Pegawai)..hehehe..karena cuti sebenarnya haknya pegawai kenapa harus dibatasi. Ada yang  menanyakan kebijakan pemerintah yang membuat cuti pada hari kejepit yang sebenarnya gak perlu-perlu amat tetapi kenapa cuti yang bener-bener dibutuhkan seperti cuti lebaran saat ini justru dilarang.
Kebijakan telah diambil, pengumuman telah ditempel, protes telah bermunculan.  Kebijakan pemerintah yang menyangkut cuti bersama tidak sekali ini saja yang memunculkan polemik dan protes dari para pegawai pemerintah maupun swasta. Tapi rupanya pemerintah tidak pernah belajar dari apa yang telah diputuskan sebelumnya. Hal ini sebenarnya bisa di atasi dengan menyerahkan kebijakan pelaksanaanya kepada masing-masing pimpinan kantor/lembaga baik pemerintah /swasta sehingga lebih bersifat fleksibel dan tidak kaku seperti sekarang.   
Tapi seperti yang sudah sering terjadi di tahun sebelumnya, ntar biasanya ada pengumuman susulan yang membolehkan cuti di luar cuti bersama tapi dengan syarat harus giliran yang ambil cuti, gak boleh bareng-bareng......ntar gak ada yang jagain kantor dong kalau semua cuti...hehehe
Jadiiii..kesimpulannya marilah kita berdoa segera terbit pengumuman susulan itu..amiin

Senin, 25 Juli 2011

Sepenggal cerita seorang Ibu Penjual Koran

Perjalanan ke kantor pagi hari ini cukup panjang daripada biasanya...maklum hari senin, orang-orang yang biasanya naik kendaraan umum beralih pakai mobil pribadi makanya kendaraan yang  muncul di hari Senin pagi jadi lebih banyak. Tapi di sela-sela menikmati macetnya jalan tol Jakarta –Merak ada kejadian yang menarik perhatian saya dan isteri.  Di perempatan lampu merah Tomang, saya melihat ibu penjual koran dengan memakai rompi sebuah koran harian yang sepertinya sengaja dibagikan kepada para penjual koran di situ. Saya memanggil si Ibu tadi untuk membeli koran yang harganya cuma Rp1.500 dan karena iba isteri saya sengaja  memberi uang lebih. Kaca mobil saya naikkan, tapi si Ibu tadi bilang ke isteri saya : “Neng...masih ada uang kembaliannya..” sambil mencari-cari uang kembalian di kantongnya. Isteri saya bilang : “Bu...ambil saja uang kembaliannya..” tapi si Ibu tadi  tetap tidak mau menerima uang tadi. Isteri saya sedikit “memaksa” agar si Ibu penjual koran tadi menerima saja uang tadi.  Tapi si Ibu tetap menolak sambil mengatakan : “tidak neng...orang harganya cuma Rp1.500..” sambil menyerahkan uang kembalian. Saya dan isteri cuma bisa saling berpandangan dengan perasaan heran dan salut ke ibu tadi,  koq..ternyata masih ada orang yang hidup di tengah kerasnya kehidupan jalanan di Jakarta dan hidup  kekurangan tapi masih memiliki kejujuran dan prinsip pantang untuk hanya menengadahkan tangan tanpa usaha.
Banyak di sekeliling kita,  orang-orang yang mempunyai kelebihan dan diberikan oleh Allah SWT suatu kehidupan  yang lebih dari cukup tetapi tidak mensyukuri apa yang telah diperoleh dan justru masih mempunyai “jiwa” seperti seorang “peminta-minta”. Mengabaikan kejujuran dan menafikan segala cara asal kebutuhannya tercapai.
Untuk si Ibu penjual koran di lampu merah Tomang....semoga ibu diberikan kesehatan, keselamatan dan tetap setia dengan kejujuran dan prinsip yang ibu pegang      

Minggu, 24 Juli 2011

Pelajaran dari lapangan bola “kampung”


Jutaan masyarakat  Indonesia yang menyaksikan siaran pertandingan Timnas Indonesia melawan Turkmenistan dalam ajang PPD 2014 tadi malam pasti melihat suatu pertandingan mirip sepakbola tarkam atau bahkan pertandingan untuk memeringati 17 Agustusan di Kelurahan.....Bagaimana tidak..pertandingan sekelas Pra Piala Dunia  bisa berlangsung di lapangan yang sangat tidak memenuhi syarat, lapangan tidak rata, rumput yang banyakan gundulnya daripada yang tumbuh. Malah anak saya yang masih kelas IV bilang..lapangannya kayak orang panuan...hehehe..anak SD aja bisa bilang  seperti itu. Lha..ini sampai saya menghabiskan secangkir kopi di pagi ini, gak pernah ada berita tentang komplain kepada FIFA dari manajer Timnas atau Official Timnas atas kondisi lapangan yang mirip bekas dipakai buat pasar malam. Manajer atau official seharusnya bisa menolak untuk bertanding atau minta untuk pindah lapangan yang lebih manusiawi. 

Masyarakat Indonesia paham dengan kondisi yang mengiringi persiapan Timnas, mulai dari revolusi pengurus PSSI era Nurdin Halid, konggres PSSI yang gagal karena hujan interupsi sampai ke pemecatan Coach Alfred Riedl. Tapi begitu semuanya selesai dan perangkat Timnas yang baru sudah dibentuk mulai dari manajer, pelatih maupun pemain, walaupun dengan persiapan yang sangat minim, seharusnya masalah lapangan pertandingan tersebut tidak seharusnya lewat dari pengamatan official Timnas. Alhasil..Timnas tetap harus berjuang diatas lapangan yang sangat2 buruk . Tanpa mengecilkan perjuangan Timnas tadi malam seharusnya Indonesia bisa memperoleh hasil yang lebih maksimal jika semua pengurus PSSI  sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

Masalah lapangan pertandingan hanya merupakan bagian kecil dari masalah yang harus dihadapi oleh PSSI, masalah lain yang lebih besar masih menghadang pengurus PSSI mulai dari masalah kompetisi usia muda, model penyelesaian  Liga Primer Indonesia (LPI), masalah pendanaan terkait dilarangnya APBD untuk sepak bola sampai masalah kualitas perangkat pertandingan (mutu wasit, lapangan dsb). Tidak kalah pentingnya adalah masalah pertanggunjawaban penggunaan dana yang diperoleh oleh PSSI baik dana dari APBD, sponsor maupun sumber pendapatan lainnya. Harus ada transparansi  dan akuntabilitas  yang jelas karena menyangkut  perputaran uang yang sangat besar. Selama ini tidak ada transparansi dan akuntabilitas dari pengurus PSSI era Nurdin Halid maupun era sebelumnya.  Sudah saatnya PSSI dikelola secara profesional dan menjadi suatu industri jika  Indonesia ingin tampil dalam pentas dunia, sepak bola harus dijauhkan dari kepentingan politik atau menjadi kendaraan politik elit tertentu.

Timnas hanya Nasi telah menjadi bubur, kopi telah diminum dan buku telah ditutup, masih panjang langkah yang akan dihadapi oleh Timnas. Pengurus PSSI maupun pemerintah. Masih banyak yang harus dipersiapkan untuk memperbaiki   persepakbolaan di tanah air.

Bravo sepak bola.....

Sabtu, 23 Juli 2011

Secangkir kopi pembuka hari.......

Selamat siang...

Membuka lembaran hari di akhir bulan Juli ini, saya baru berhasil mewujudkan keinginan untuk membuat blog sendiri setelah lama keinginan itu muncul. Hanya karena waktu yang gak ada serta karena memang belum tahu manfaatnya...hehehe... Namun setelah baca postingan tentang blog dari sana sini akhirnya dengan bantuan anak saya maka jadilah blog ini...terima kasih Odit...

Munculnya ide nama Warung Kopi karena memang  blog ini saya rencanakan isinya yang ringan-ringan seperti obrolan kita di warung kopi dengan bercerita, ngobrol santai sambil menikmati secangkir kopi pahit dan makan tempe dan pisang goreng....hhmmmmm...nikmat sekali.  Banyak kejadian, peristiwa atau hal-hal sepele maupun hal-hal yang dianggap tidak penting yang kadang luput dari perhatian kita tetapi kalau kita mengamati lebih dalam ternyata menyimpan "sesuatu" yang bisa menjadi inspirasi buat kita untuk berbuat lebih baik. Dan sambil meminum secangkir kopi pahit saya akan mencoba terus mencari ide dan menuangkannya dalam blog ini 
Semoga blog ini bisa memberi manfaat ....amin