Sabtu, 30 Juli 2011

Ooo..begitu 'caranya'...

Suatu hari, saya berkesempatan 'pulang bareng' dengan atasan saya dan teman saya. Tentu saja dengan pak sopir, secara tidak ada satupun dari kami yang bisa 'bawa' mobil.
Setelah mobil datang di hadapan, tibalah saat untuk mengatur posisi duduk. Saat itu, atasan dan teman saya sibuk memasukkan barang ke bagasi dan saya dengan cueknya masuk ke dalam mobil terlebih dulu dan duduk dibelakang sopir. Dalam pikiran saya, atasan saya akan duduk di samping sopir, dan teman saya duduk disamping saya. Bagi saya, yang biasa duduk di samping sopir adalah orang yang 'di-tua-kan' karena tempat duduknya lebih nyaman.. Tapi ternyata, setelah selesai membereskan barang2 di bagasi, atasan saya menuju pintu tempat duduk di samping saya. Setelah membuka pintu, dan melihat saya sudah duduk 'dengan manis' di belakang sopir, atasan saya berkata 'oh..saya di depan ya?'. Dan saya menjawab 'iya dong,pak, masa di belakang..'

Setibanya di Jakarta, saya bertemu teman karib dan bercerita banyak, termasuk perjalanan menuju Jakarta. Saat saya cerita tentang 'posisi duduk' di dalam mobil itu, dia berkomentar 'Btw,pernah ngamati tidak saat panglima polisi dan ajudannya masuk mobil, posisi duduk mereka seperti apa?'
Saya menjawab 'eh..ngga tuh.. Memang kenapa?'
Dia jawab 'Biasanya, ajudan akan mempersilakan panglima masuk ke dalam mobil duluan, baru dia masuk. Si ajudan duduk di samping sopir, orang yg paling dihormati duduk di belakangnya, bukan di belakang sopir. Jika ada orang lain lagi, dia akan duduk di belakang sopir..'
Dan ini dianggap hal yang berlaku umum.
Lalu saya bertanya 'kenapa begitu?'
Teman saya menjelaskan 'mungkin karena tempat duduk itu dianggap paling aman.. Kalo terjadi kecelakaan, yang paling terancam kan yang duduk di depan dan di belakang sopir.. Begitu..'
Lalu saya berkomentar 'O..saya kira biar gampang klo mau turun duluan di pinggir jalan..' Hahaha..
Maklum..secara saya suka nebeng mobil orang, pengaturan posisi duduk biasanya berdasarkan 'siapa yang akan turun duluan'. Belum lagi tingkah 'pecicilan' saat naek motor,dan berpapasan dengan mobil bagus, biasanya momen ini dijadikan sarana 'tebak2an menjaga jiwa muda dan ajang cuci mata' bagi saya dan teman saya. Biasanya kami tebak2an, apakah 'pembawa mobil', itu sopir atau pemilik mobil (daripada stres berpanas2an di jalan raya, kayaknya ini bisa membuat kami menikmati momen yang ada hehehe). Dan kunci jawabannya selalu 'kalo ganteng dan keren, berarti dia pemilik mobil, kalo ga ganteng or keren ya sopirnya'.. Saya menganggap, dari kami bertiga saat pulang kemarin, yang paling pantas jadi pemilik mobil ya atasan saya itu hahaha..

Perbincangan kami tentang 'etiket' terus berlanjut. Saya baru mengetahui bahwa etiket naik atau turun tangga adalah pria di depan dan wanita di belakang. Alasannya, saat naik tangga mata pria akan lebih terjaga jika wanita ada di belakang, dan wanita akan lebih aman saat turun tangga jika pria ada di depan (jika wanita itu terjatuh, ada yang jadi 'bantal' hihihi..)
Kebetulan teman saya itu cukup sering ke luar negeri. Dia bercerita bahwa budaya tiap daerah berbeda, dan kita perlu tau 'Do-es and Don't-s' suatu daerah sebelum kita datang ke tempat tersebut (selain tempat apa yang wajib kunjung dan makanan yang layak dicoba pastinya hehehe..). Hal ini perlu diketahui supaya kita tidak salah bersikap, dan sesuai dengan 'cara' mereka. Jadi, saat kita mutasi ke daerah lain atau ke luar negeri, perlu dicari tau dulu info apa yg 'boleh dan tidak boleh dilakukan' di tempat tersebut.

Hari ini saya bahagia..salah satunya karena 'belajar' hal baru. Saya jadi teringat kisah yang pernah saya baca tentang manusia yang berteman dengan beruang. Dalam cerita tersebut dikisahkan seorang manusia yang 'mau' berteman dengan beruang karena dia memiliki 'kasih sayang' yang luar biasa besar. Dan beruang pun sayang dengan teman barunya itu karena dia merasa sangat beruntung memiliki teman seorang manusia, makhluk yang dianggap lebih baik darinya. Suatu hari, si manusia itu tidur siang, dan beruang menjaganya dengan sangat sigap dan perhatian. Sialnya, ada lalat yang terbang dan hinggap di wajah manusia itu. Si beruang berupaya mengusir lalat itu, namun si lalat sepertinya 'ingin bermain' dengan beruang. Akhirnya si beruang berpikir 'dia harus kubunuh karena sudah keterlaluan mengganggu temanku yg sedang tidur'. Dan beruang pun 'menggaplak' dengan keras lalat yang menempel di wajah sahabatnya. Akhirnya, lalat pun tewas, begitu pula sahabatnya..

Dulu, saya mengartikan cerita itu bahwa saya perlu berhati2 memilih teman (secara tidak langsung hal ini berarti saya memposisikan diri saya sebagai 'manusia' dalam cerita itu, 'makhluk yang dianggap lebih baik' hahaha..sombongnya saya!).
Sekarang, saya mengartikan cerita tersebut bahwa 'cara' untuk menunjukan 'rasa' sangat penting. Rasa hormat kita, perlu diungkapkan dengan 'cara' yang tepat.

Bersama cerita panjang kali ini, saya ingin menyampaikan permohonan maaf kepada atasan saya atas cara saya menghormati beliau yang mungkin kurang lazim. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mempersilakan beliau untuk duduk di depan karena saya 'menuakan' beliau..
Selain itu saya ingin berterima kasih pada teman saya yang telah mengingatkan saya dan membantu saya mempelajari hal ini..

Dan pastinya, untukmu Tuhan, saya bersyukur telah diberi masa lalu yang berharga, sahabat2 yang menemani dan membantu saya 'belajar' dan hati serta jiwa yang selalu (berusaha) semangat. Semoga Tuhan mendekatkan hati-hati kita, membuat kita mengerti 'makna' di balik 'cara' dari sebuah peristiwa.
Happy Ramadhan, mohon maaf lahir batin, semoga pembelajaran di bulan suci membuat kita semakin ber-'arti'. Amiinn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar